PEMILU 2019: Antara Perebutan Kekuasaan Politik Dan Kesejahteraan Rakyat

Ricki Rianto Kadir

Gorontalo - Ricki Rianto Kadir Tahun 2019 adalah tahun yang sangat dinantikan oleh seluruh masyarakat Indonesia, dimana pada tahun itu masyarakat Indonesia akan merayakan pesta demokrasi untuk kesekian kalinya, yaitu Pemelihan Umum Presiden/Wakil Presiden dan pemilihan Legislatif.

Pada pemilu 2019 nanti akan sangat jelas terlihat perebuatan kekuasaan dari masing-masing parpol, hal ini sejalan dengan konsolidasi-konsolidasi beberapa parpol yang sudah mulai terlihat jelas dipermukaan padahal verifikasi parpol peserta pemilu 2019 belum dimulai.

Tentunya hal demikian dilakukan agar bisa lolos pada tahapan verifikasi dan ditetapkan sebagai parpol peserta pemilu 2019.

Kondisi seperti ini memang sering kali terjadi dan bahkan sudah menjadi rutinitas menjelang dimulainya pemilu. Namun sering kali menimbulkan pertanyaan serius dan sangat serius: apakah perebutan kekuasaan politik tak pernah mampu memberikan kesejahteraan kepada rakyat ?. Selalu yang ada hanya janji, selalu yang ada hanya sandiwara layaknya drama yang dipentaskan diatas panggung yang penuh sandiwara atau sekedar akting belaka.

Membangun kesejahteraan hidup rakyat yang berlandaskan prinsip kebenaran dan keadilan seharusnya menjadi keutamaan perjuangan politik pada pemilu 2019 nanti, sebagaimana juga gerakan-gerakan sosial.

Kekuasaan politik dan pemerintahan bukanlah matlamat namun hanyalah wahana bagi mendaulatkan hak rakyat dan menegakkkan keadilan, serta membawa kesejahteraan kepada kehidupan manusia.

Pada pemilu 2019 nanti, ahli-ahli politik tidak seharusnya hilang pertimbangan hingga dalam kegairahan mereka bersaing meraih kekuasaan politik, nasib rakyat tidak dihiraukan.

Rakyat menginginkan kedamaian hati, kebebasan dan keselesaan hidup, perhatian dan terlebih kesejahteraan hidup. Inilah yang seharusnya diberi oleh demokrasi sebagai pemerintahan rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Sayangnya, sebahagian wakil-wakil rakyat yang juga ahli dalam berpolitik tidak meletakkan usaha memperjuangkan nasib dan hak rakyat sebagai agenda utama mereka.

Sebaliknya mereka berlomba-lomba mendapatkan kekuasaan politik sebagai wasilah untuk mendapat peluang dalam memenuhi nafsu serakah dan memperkaya diri sendiri, walaupun dengan berbuat demikian hak-hak rakyat harus dikorbankan.

Pada pemilu 2019 nanti, saya menyeru para wakil rakyat kita, agar kembali ke pangkal jalan, akur kepada prinsip-prinsip demokrasi, merujuk kepada panduan agama dan nilai akhlak, bersedia bersaing secara sehat dan menghormati kepastian hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta berjiwa besar dengan melihat pesaing politik sebagai rekan dalam menyuburkan demokrasi.

Saya percaya, sikap seperti itu akan membantu mengembalikan persatuan dan kesatuan, serta kerukunan masyarakat di wilayah negara kesatuan Republik Indonesia ini.

Pada pemilu-pemilu sebelumnya, saya bertanya-tanya, kenapa begitu banyak ahli-ahli politik yang memulai karir politiknya dengan hasrat murni (ideals) dan semangat perjuangan membela rakyat, namun ketika mereka memperoleh kekuasaan, cita-cita dan hasrat mulia tersebut telah dilupakan begitu saja.

Dalam proses memperoleh kekuasaan politik, mereka hilang arah lalu menyampingkan idealisme yang diperjuangkannya sebelumnya.

Tulisan partisipatif ini adalah murni tulisan dari Ricki Rianto Kadir, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo.
Apapun yang menjadi isi dari tulisan ini adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Bagikan ke teman

Related Posts

Previous
Next Post »